Profil Biografi Karni Ilyas - Perjalanan di Dunia Pertelevisian

Bookmark and Share
Profil Biografi Karni Ilyas - Perjalanan di Dunia Pertelevisian
Dalam dunia televisi, ‘bajak-membajak’ SDM bukan rahasia lagi. ‘Pembajakan’ SDM dilakukan bukan cuma di level Direksi atau General Manager (GM), tetapi juga level Executive Produser, Anchor, Produser, maupun tenaga kreatif.

Ketika melakukan restrukturisasi untuk kesekian kali pada 2006, ANTV merekrut GM ‘lulusan’ Indosiar bernama Titan Hermawan. Dalam dunia broadcast, nama pria ini cukup berkibar. Selain Wishnutama, lulusan Indosiar terbaik adalah Titan. Tak heran, ketika Tama –nama panggilan Wishnutama- sudah lebih dulu ‘dibajak’ Trans TV dari Indosiar-, Titan dianggap akan menjadikan ANTV cemerlang. Startegi yang dilakukannya adalah ‘membajak’ SDM.

Saat pria ini menjabat GM divisi produksi, SDM di departemen produksi direkrut dari Indosiar dan Trans TV. Yang paling banyak adalah SDM tenaga kreatif dari Trans TV. Harap maklum, saat itu ANTV ingin mencoba oeruntungan menjadi televisi ala Trans TV, dimana tidak banyak memainkan sinetron, tetapi program entertainment yang diproduksi sendiri (in house production) banyak.

Profil Biografi Karni Ilyas - Perjalanan di Dunia Pertelevisian
Tak beda dengan di tvOne. Ketika Nurjaman Mochtar ‘dibajak’ dari SCTV untuk mengisi posisi Vice Director News Division,SDM di redaksi tvOne banyak diisi oleh SDM dari SCTV. Tak cuma Produser, tetapi Presenter-Presenternya, antara lain Indiarto Priadi, Alfito Deannova, dan Indy Rahmawaty. Selain dari SCTV, sebagian lagi banyak dari Trans TV. Harap maklum, GM dan Manager Current Affairs dipegang mantan Trans TV, yakni Sulaiman Sakib.

Kompasianers, berita teraktual dalam dunia pertelevisian adalah News Director tvOne Karni Ilyas tak akan lama lagi akan hengkang dari stasiun televisi yang bermarkas di Pulogadung, Jakarta Timur ini. Sebetulnya, bukan baru kali ini pria yang di tvOne dipanggil PKI (PKI = Pak Karni Ilyas) ini hengkang. Sebelum di tvOne, Karni dikenal sebagai otak di balik kesuksesan Liputan 6 SCTV. Ia mulai bergabung di SCTV sejak 1999, setelah pindah dari majalah Forum Keadilan, dan langsung menjadi Pimpinan Redaksi.

Profil Biografi Karni Ilyas - Perjalanan di Dunia Pertelevisian
Boleh jadi, Liputan 6 dianggap sebagai program berita terfavorit, gara-gara pria bersuara berat ini. Program ini meninggalkan jauh program berita Seputar Indonesia yang sebelumnya ditunggu-tunggu pemirsa di rumah. Barangkali di antara Anda masih ingat popularitas Desi Anwar dan Ade Novit yang selalu menemani pemirsa saban sore di Seputar Indonesia. Begitu Liputan 6 ditangani Karni, Seputar Indonesia ‘tewas’.

“Televisi itu keungulannya adalah kecepatan,” ujar pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 September 1952 ini memberikan resep keunggulan Liputan 6, sebagaimana saya kutip dari http://rickobahemar.blogspot.com/2012/02/tokoh-karni-ilyas.html. “Bagaimana kita lebih cepat dari televisi lain, Makanya, moto SCTV saat itu: aktual, tajam, terpecaya. Jadi, dalam soal aktualitas itu, kita tidak boleh kalah sama sekali, bahkan satu detik pun.”

Kompasianers, popularitas Liputan 6 SCTV menurun dratis begitu Karni hengkang pada 2005 dan digantikan Rosiana Silalahi. Rosy –panggilan akrab Rosiana- tak mampu menandingi kehebatan Karni untuk menjadikan Liputan 6 menjadi program berita favorit pemirsa.

Pada 2005, Karni ‘dibajak’ oleh ANTV. Di stasiun televisi milik Bakrie ini, ia menjabat sebagai Direktur Pemberitaan. ‘Dibajak’-nya Karni bertujuan agar ANTV bisa memiliki televisi yang kuat dalam segi pemberitaan. Pada saat itu, program berita yang menjadi favorit pemirsa adalah Cakrawala. Tentu Anda masih ingat nama Anita Firdaus yang selalu menemani pemirsa di Cakrawala. Bakrie berharap Cakrawala bisa sedahsyat Liputan 6, baik dari segi rating maupun revenue.

Bukan cuma itu alasan Karni pindah ke ANTV. Menurutnya, kepindahan gara-gara SCTV yang awalnya dimiliki oleh seorang temannya, dibeli. Pada saat ditawari oleh pemilik baru untuk bertahan di SCTV, ia menolak. “Sementara di ANTV saya mengenal keluarga Bakrie. Maka saya memilih ANTV dan dengan harapan bisa membangun ANTV lebih baik. Lagi pula saat itu ada kabar ANTV akan bekerjasama dengan pihak asing. Saya ingin tahu, bagaimana sih asing mengelola televisi.”

Kompasianers, ternyata ANTV yang menggandeng Star TV Hongkong tidak memberikan ‘pelajaran baru’ bagi Karni. Menurut pembawa acara Jakarta Lawyer Club ini, ia tidak mendapatkan apa-apa dari kerjasama itu. “Mereka yang masuk ke Indonesia itu juga tidak berpengalaman di bidang news,” komentar peraih Panasonic Gobel Awards (2012) untuk kategori Life Time Achievement ini. “Star TV HongKong lebih ke entertainment.”

Kekecewaan Karni terobati begitu Bakrie menawari ‘mainan baru’, yakni merestrukturisasi PT. Lativi menjadi televisi berita. Oleh keluarga Bakrie, Karni diberikan kebebasan untuk menjadikan stasiun televisi yang awalnya milik Abdul Latief itu dijadikan televisi berita. Dan lahirlah tvOne menjadi televisi berita untuk menyaingi Metro TV yang selama ini melenggang sendiri.

“Jelas tantangan baru,” ujarnya saat itu. “Porsi berita di tvOne 60-70 persen. Jadi porsi newsnya 3-4 kali dibanding kalau saya berkiprah di televisi entertain atau family tv seperti SCTV. Saya ditantanguntuk membikin yang lebih besar lagi. Jadi, kalau dulu saya hanya menjadi tukang copet, sekarang saya jadi rampoknya.”

Anologi perampok adalah untuk membuktikan porsi besar yang diberikan Karni untuk menjadikan tvOne sebagai televisi berita terdepan. Awalnya, banyak orang meragukan televisi berita bisa profit. Pengalaman Metro TV membuktikan. Sejak berdiri pada 2000, tidak pernah untung, bahkan break even point (BEP) atau impas selama 5-10 tahun pun belum terjadi. Itu baru bicara profit, belum bicara tentang posisi, dimana Metro TV selalu berada di posisi buncit.

“Jualan tvOne bukan rating, tetapi image,” tutur Karni. “Saya sudah membuktikan di SCTV. Dalam enam tahun, tahun pertama Divisi News masih merugi. Tahun kedua mencapai BEP. Tahun ketiga sampai keenam, kita untung tidak tanggung-tanggung, Rp 120 miliar per tahun. Ini net profit, sudah dikurangi gaji karyawan dan lain-lain.”

Dan benar. Satu tahun pertama, Metro TV tewas dilibas oleh tvOne, baik perolehan secara rating maupun revenue. Bahkan tvOne pernah mengalahkan posisi televisi entertain, saat operasi penggrebekan rumah Nurdin M. Top di Temanggung. Di tahun pertama itu pula, seluruh karyawan tvOne sudah merasakan bonus. Tentang bonus di tahun pertama, belum pernah terjadi di stasiun televisi mana pun, kecuali tvOne.

Kebebasan dalam mengelola tvOne secara internal memang amat dirasakan para karyawannya. Jika ada program yang disukai olehnya, program lain siap-siap di-bump (istilah programing di televisi untuk menggantikan kata tergusur). Durasi program bisa tergantung keputusannya. Selama program itu dianggap olehnya menarik, durasi bisa over (baca: melebihi waktu tayang seharusnya). Jakarta Lawyers Club, salah satu contohnya.

Namun, secara external, Karni tidak bebas. Di tvOne, ia justru harus menjaga citra keluarga Bakrie dan sahabat-sahabat Bakrie dengan baik. Barangkali Anda sempat perhatikan, berita tentang lumpur Lapindo tidak pernah menjadi headline news. Istilah ‘lumpur Lapindo’ sendiri diubah namanya, karena terlalu negatif buat Bakrie. Yang waktu itu juga dijaga adalah Nurdin Halid. Saat mantan Ketua PSSI ini ingin digulingkan, tvOne dan ANTV ‘terpaksa’ memihak Nurdin. Maklum, Nirwan Bakrie adalah sohib Nurdin hingga kini.

Keberhasilan tvOne membuat Metro TV terkejut. Mereka yang selama ini duduk nyaman seolah ditampar oleh fakta, bahwa televisi berita bisa profit dan punya rating. Tak heran, dalam dua tahun ini (periode 2011-2012), sejak terjadi perubahan struktur di Metro TV dan dipegang oleh Direktur Andy Burhanuddin, Metro TV sudah BEP, bahkan profit. Para karyawan telah merasakan bonus yang berlipat-lipat.

Kompasianers, kabar terakhir di dunia broadcast, Karni bakal meninggalkan tvOne. Setelah SCTV, ANTV, dan tvOne, kemanakah mantan wartawan harian Suara Karya dan Redaktur Pelaksana majalah Tempo ini akan berlabuh? Kabar yang paling kuat, stasiun televisi yang ‘membajak’-nya adalah salah satu televisi di grup MNC milik Hary Tanoesoedibjo.

Televisi di grup MNC ada tiga, yakni RCTI, MNC TV, dan Global TV. Spekulasi yang terkuat, Karni akan mengendalikan Global TV yang kelak akan dijadikan televisi yang porsi beritanya lebih kencang. Sebab, RCTI sudah memiliki image cukup baik dan tentu profit. Begitu pula MNC TV, yang tetap mengibarkan konsep ala TPI yang dulu dikenal sebagai televisi dangdut, tetapi look-nya dibuat A dan B (baca: tidak terlalu kampungan sebagaimana TPI). Sementara Global TV adalah televisi yang memang konsepnya belum jelas, mau ke anak muda atau televisi keluarga.

“Porsi news memang akan lebih besar,” jelas Natasa (bukan nama sebenarnya, mantan karyawan Global TV yang sudah hampir dua tahun ini menjadi karyawan Metro TV), yang mendapat berita dari teman-temannya tentang perubahan yang terjadi di Global TV. “Beberapa anak produksi akan dipindah ke news. Tapi nggak sepenuhnya (Global TV) jadi televisi news.”

Tentang SDM produksi yang dipindahkan ke news tersebut, mirip seperti restrukturisasi tvOne pada 2011. Pada tahun itu, divisi produksi dibubarkan dan karyawan produksi dilebur ke news, tepatnya di current affairs. Sejak pembubaran produksi itu, tvOne cuma mengedepankan news dan sports-nya. Apakah nasib Global TV akan seperti tvOne? Ada baiknya kita tunggu konfirmasi kepindahan Karni Ilyas terlebih dahulu dan kita akan lihat perubahan itu.

sumber : http://sosok.kompasiana.com/2012/07/22/karni-ilyas-hengkang-dari-tvone/

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar